Senin, 17 September 2007

kenangan

ternyata puasa kali ini aku harus memutuskan untuk ujian skripsi

serial

Mengenang Dua Tahun Syahidnya Syaikh Ahmad Yasin
(Wafat 22-3-2004)
Menggerakan Dunia dari Kursi Roda
Dia adalah seorang mukmin yang merdeka meski seluruh hidupnya dibelenggu dengan
terali besi. Itulah gambaran indah yang mencerminkan kehidupan Syaikhul
Mujahidin, Guru para Mujahid dan perlawanan ini. Meskipun sebenarnya gambaran
tersebut kalah indah dengan kalbunya yang menghembuskan kehidupan serta tekadnya
yang tidak pernah lumpuh dan tidak terbelenggu oleh ikatan penjara. Beliau
adalah cakrawala yang luas serta pikiran yang hidup yang tidak mengenal batas.
Demikianlah kehidupannya di penjara dan begitulah kisahnya saat berada di medan
dakwah dan perlawanan, seperti yang dituturkan oleh orang-orang yang
mendampinginya, mengenai sosok yang tidak mampu bergerak, namun bisa
menggerakkan dunia.
Tidak salah bila kemudian Dr. Kamal al Mishri, seorang kolomnis asal Mesir di
situs islamonline menulis tentang sosok manusia istemewa ini dalam sebuah
artikelnya dengan judul "Al Syaikh Yaseen .. Al 'Aqid Alladzi Aqama al 'Alam"
(Syaikh Yasin .. Orang Lumpuh yang Membangunkan Dunia). Kata Kamal al Mishri,
ketika Anda melihat (realita fisiknya) kemudian Anda mendengar capaian-capaian
yang dihasilkan, Anda akan memahami betul firman Allah swt di dalam hadist
qudsi, "Maka jika Aku mencintainya, Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan
untuk mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, Aku
adalah tangannnya yang dia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kakinya yang
dia gunakan untuk berjalan." (HR. Bukhari).
Kalbu yang senantiasa menghembuskan nafas kehidupan bagi umat dan bangsanya
serta tekad yang tak pernah kenal lumpuh dan belenggu ini telah menjadikan
kata-katanya penuh hikmah bagi siapa saja yang mendengarnya, sekaligus menjadi
rudal yang menggetarkan bagi musuh-musuhnya.
Dia bukanlah seorang presiden ataupun seorang raja. Dia hanyalah seorang lelaki
lumpuh yang membangun ide perlawanan hingga menjadi sosok yang tidak disebut
kecuali dengannya. Sampai hari ini, setiap orang baik lawan maupun kawan tetap
menaruh hormat kepadanya. Namanya senantiasa disebut di seluruh dunia. Dialah
Amir Mujahidin Palestina, mujahid Ahmad Yasin, gugur perlawanan yang gugur oleh
tangan-tangan biadab Zionis Israel dalam serangan rudal dari pesawat heli tempur
Apache buatan Amerika, selepas shalat subuh di masjid kota Gaza, Senin 22 maret
2004 lalu.
"Wahai anak-anakku, telah tiba saatnya kalian kembali kepada Allah swt.,
meninggalkan berbagai sorak kehidupan dan menyingkirkannya ke tepi jalan. Telah
tiba saatnya kalian bangun dan melakukan salat subuh berjamaah, saatnya kalian
menghiasi diri dengan akhlak mulia, mengamalkan kandungan al Qur'an, serta
meneladani Muhammad saw.
Aku mengajak kalian wahai anak-anakku untuk shalat tepat waktu. Lebih dari itu,
aku mengajak kalian, wahai anak-anakku, untuk mendekat kepada Nabi kalian yang
agung.
Wahai para pemuda, aku ingin kalian mengenal dan menyadari makna tanggung jawab,
tegar menghadapi kesulitan hidup, meninggalkan keluh kesah, menghadap kepada
Allah swt., banyak meminta ampunan kepada-Nya agar Dia memberi rezeki kepada
kalian, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Aku ingin kalian tidak
terlena oleh saluran-saluran lagu audio visual, melupakan kata-kata yag
mengobral cinta, serta menggantinya dengan kata amal, kerja, dan zikir kepada
Allah. Wahai anak-anakku, kuharap kalian tidak sibuk dengan musik dan terjerumus
ke dalam arus syahwat.
Wahai putriku, aku ingin kalian berjanji kepada Allah mempergunakan hijab secara
benar. Aku meminta kalian berjanji kepada Allah peduli dengan agama dan Nabi
kalian yang mulia. Jadikanlah ibunda kalian, Khadijah dan Aisyah, sebagai
teladan. Jadikan mereka sebagai pelita hidup kalian. Haram hukumnya bagi kalian
membuat usaha para pemuda untuk menjaga mata mereka menjadi kendur dan surut.
Kepada semuanya, aku ingin kalian bersiap-siap menghadapi segala sesuatu yang
akan datang. Bersiaplah dengan agama dan ilmu pengetahuan. Bersiaplah untuk
belajar dan mencari hikmah. Belajarlah bagaimana hidup dalam kegelapan yang
pekat. Latihlah diri kalian agar dalam beberapa saat hidup tanpa listrik dan
perangkat elektronik. Latihlah diri kalian agar dalam sementara waktu merasakan
kehidupan yang keras. Biasakan diri kalian agar dapat melindungi diri dan
membuat perencanaan untuk masa depan. Berpeganglah kepada agama kalian. Carilah
sebab-sebabnya dan tawakallah kepada Allah."
Itulah sepenggal pesan yang disampaikan pendiri dan tokoh spiritual Gerakan
Perlawanan Islam Hamas ini, kepada anak-anak muda Palestina. Melalui kata-kata
yang jelas dan tulus bersumber dari kalbu tanpa dibuat-buat, dengan spontanitas
yang jujur serta kejelasan yang menerangkan jalan dan memimpin perjalanan,
melalui berbagai makna kasih sayang yang dapat mengarahkan para pemuda dan
menuntun mereka, beliau berbicara seraya membaca kondisi jiwa mereka. Beliau
berbicara kepada mereka lewat realitas kondisi yang ada sehingga mampu membangun
sebuah perjuangan yang membutuhkan keimanan dan kesiapan semaksimal mungkin.
Lalu sisanya diserahkan kepada Allah swt.
Syaikh Ahmad Yasin adalah sosok manusia intimewa dan unik pada zamannya, tokoh
besar dan bintang bagi orang-orang sejenisnya, menjadi cahaya bagi
rekan-rekannya, sosok menakjubkan bagi mereka yang hidup di masanya, perhiasan
bagi tokoh setarafnya, pahlawan di era kekalahan, pemberani di tengah iklim
ketakutan, pemimpin di samudera kelemahan, raksasa di tengah kehinaan, kemuliaan
di medan kerendahan. Sosok yang menjadi harapan di tengah segala kebuntuan,
sosok ketegaran dalam menghadapi kekalahan dan keruntuhan. Dia adalah pribadi
yang memiliki hikmah di tengah kerancuan, ketergelinciran akal, kebutaan mata
hati dan keimanan di tengah-tengah suasana keterkoyakan dan hilangnya identitas.
Dia adalah sosok yang meneguhkan keyakinan pada pertolongan Allah dan janji-Nya
terhadap kaum mukmin di tengah kegelapan, kesesatan, kebencian para musuh, dan
kecemasan jiwa.
Seperti diungkapkan Prof. Dr. Taufiq Yusuf al Wa'i, dalam karyanya "Qaadat
al-Jihaad al-Filistiini fii al-Ashr al-Hadiits: Kifaah, Tadhiyyah, Butuulaat,
Syahaadaat", semua gambaran di atas terdapat pada sosok lumpuh yang tak mampu
berdiri ini; sosok yang kedua tangannya pun lumpuh tidak mampu membawa sesuatu;
sosok yang kurus dan lemah; tubuh yang terserang oleh berbagai penyakit;
penglihatan yang telah kabur kecuali hanya seberkas sinar dari satu mata; serta
penderitaan dan sakit yang tak kunjung reda. Bukankah ini sesuatu yang
menakjubkan? Bukankah ia merupakan tanda kebesaran Tuhan dan wujud anugerah-Nya?
Sosok tersebut hidup untuk misi dan untuk umatnya. Ia menghabiskan usianya dalam
dakwah. Ia adalah jihad yang terus berjalan, teladan yang terus bergerak,
panutan yang memancarkan cahaya dan keimanan, serta pemahaman dan pengetahuan di
tengah jarangnya orang yang tulus, di tengah sedikitnya keikhlasan, serta di
tengah lenyapnya suara kebenaran dan ketegasan. Syaikh Yasin datang sebagai
pemimpin bagi para mujAhed, tokoh bagi para dai, guru yang bijak dan teladan
yang agung bagi para pendidik. Tubuhnya yang kurus, kelumpuhannya, dan penyakit
yang kronis membuatnya tidak mampu berjuang dengan senjata. Karena itu, beliau
berjuang dengan senjata hikmah, dengan pedang pembinaan dan penataan, dengan
meriam keimanan, serta dengan bom kesabaran, keteguhan, dan ketegaran.
Pesan-pesan Syaikh Yasin tidak saja diarahkan kepada para pemuda, namun juga
kepada para pemimpin. Sebelum syahid menjemputnya pada 22 maret 2004, Syaikh
Ahmad Yasin telah menyiapkan surat yang ditujukan kepada pemimpin Arab yang akan
mengadakan KTT Arab di Tunisia pada 28 Maret 2004. Di antara isi surat tersebut
adalah sebagai berikut:
Tidak diragukan bahwa apabila bangsa Arab mulia, Islam juga menjadi mulia.
Pernyataan ini hanya ingin menunjukkan besarnya amanat yang kalian emban-semoga
Allah memberikan taufik kepada kalian untuk berbuat demi kebaikan umat-sebagai
pihak yang Allah percaya untuk memimpin masa kini dan masa depan umat.
Rasulullah saw. Bersabda, "Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin perihal
kepercayaan yang Dia berikan, apakah ia menjaganya atau mengabaikannya." Karena
itu, takutlah kepada Allah dalam memperlakukan umat Islam yang telah dibidik
oleh para musuh Allah dari busur yang sama.
Pada saat ini di hadapan Anda terdapat banyak tantangan besar. Rakyat Anda
sedang menantikan berbagai keputusan yang Anda tandatangani. Semuanya merupakan
harapan agar konferensi tingkat tinggi ini sepadan dengan tantangan yang sedang
kita hadapi. Kita semua tentu mengetahui bahwa tantangan terbesar itu adalah
persoalan sentral bangsa Arab dan umat Islam. Yaitu persoalan Palestina. Saya
sangat berharap konferensi tingkat tinggi ini akan menghasilkan sesuatu yang
mengangkat harkat bangsa Palestina yang tetap ingin meneruskan perjalanan jihad
mereka sampai Allah mewujudkan kemenangan seperti yang kita inginkan, yang
dengan itu Allah mengangkat kemuliaan umat ini.
Saya menyerukan kepada Anda semua agar konferensi ini memerhatikan berbagai
persoalan berikut yang bisa membantu penyelesaian masalah Palestina.
Pertama, tanah Palestina adalah tanah milik bangsa Arab dan umat Islam yang
telah dirampas oleh kekuatan senjata bangsa Yahudi Zionis. Ia hanya bisa kembali
dengan kekuatan senjata. Ia merupakan tanah wakaf Islam yang tidak boleh
dilepaskan walaupun hanya satu jengkal, meskipun pada saat ini kita tidak
memiliki kekuatan senjata untuk membebaskannya.
Kedua, jihad Palestina merupakan hak legal rakyat Palestina. Ia merupakan fardu
ain bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Karena itu, penyebutan jihad
sebagai tindakan terorisme oleh para musuh Allah adalah kezaliman besar yang
ditolak oleh bangsa Palestina. Ia juga ditolak oleh bangsa-bangsa Arab dan
Islam. Kami berharap konferensi tingkat tinggi ini bisa menegaskan sikapnya
secara sangat jelas guna mendukung perjuangan bangsa kami.
Ketiga, bangsa kami yang dengan berani memasuki kancah perang yang memang wajib
atas mereka, layak mendapatkan berbagai bentuk sokongan dan bantuan dari seluruh
pemimpin umat. Mereka membutuhkan bantuan ekonomi guna mendukung ketegaran
mereka. Pasalnya, bangsa zionis yang jahat itu telah menghancurkan segala
fasilitas kehidupan yang dimiliki oleh penduduk setempat dan merampas harta
mereka. Bangsa Palestina juga membutuhkan bantuan militer, keamanan, informasi,
moral, diplomasi, dan berbagai bentuk bantuan lainnya yang bisa menolong mereka
dalam melanjutkan jihadnya. Mereka berharap konferensi tingkat tinggi ini bisa
mewujudkan semua itu dengan ijin Allah.
Keempat, kami menyerukan kepada kalian untuk menghentikan segala bentuk tekanan
yang datang dari musuh, menutup kedutaan mereka, konsulat mereka, dan
kantor-kantor dagang mereka, serta memutuskan hubungan dan kerja sama dengan
mereka.
Kelima, umat Islam mempunyai berbagai peluang, potensi, dan kekuatan yang
membuatnya mampu menyelesaikan berbagai persoalan internalnya dan membalas
tindakan brutal para musuh. Saya berpendapat bahwa telah tiba saatnya bagi umat
ini untuk melaksanakan firman Allah swt.,
"Berpeganglah kalian semua kepada tali Allah dan jangan berpecah belah."
"Orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Kalau kalian tidak mau berjuang bersama akan terjadi fitnah dan kerusakan besar
di muka bumi."
Keenam, Masjid al-Aqsa tengah memanggil Anda. Bangsa zionis telah menyiapkan
seperangkat alat untuk menghancurkan tiang-tiang dan bangunannya. Lalu siapa
lagi setelah Allah yang akan memerhatikannya kalau bukan kalian.
Ketujuh, kami mengajak kalian untuk mempersembahkan segala bentuk dukungan bagi
saudara-saudara kita di Irak agar mereka terlepas dari pendudukan Amerika.
Sebab, membela Irak dan rakyatnya merupakan bagian dari pembelaan terhadap
negara dan bangsa Palestina.
Saudara-saudara yang terhormat
Itulah yang ingin saya pesankan, sebab Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita
bahwa agama adalah nasihat. Saya memohon kepada Allah semoga Dia memberikan kata
sepakat kepada kalian semua untuk membela agama-Nya serta menyatukan barisan
kalian di atas sesuatu yang menjadi kebaikan dan kemuliaan umat.
Dari saudaramu,
Ahmad Yasin.
Pendiri Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS)
Gaza - Palestina.
Syaikh Ahmad Yasin mampu mengatasi keterbasan fisiknya dan melanjutkan
perjalanannya dengan tekad kuat yang tidak mampu dilakukan oleh orang sehat
sekalipun karena perjalanan jihadnya penuh dengan sikap tegar, heroik, dan teguh
di atas prinsip. Berikut kami sadurkan gambaran sosok mujAhed dan dai yang
tumbuh dari kondisi yang penuh keterbatasi fisik ini.
Tokoh Semasa di Negeri Terjajah
Masa kecil Ahmad Yasin dihiasi dengan berbagai peristiwa dan kejadian. Dengan
berbekal kesabaran dan keimanan, ia mampu melewati berbagai tantangan yang ia
hadapi, hingga menjadi pemimpin para mujahid sampai kemudian Allah mewujudkan
impiannnya gugur sebagai syahid di tangan kotor zionis Israel. Lalu, bagaimana
situasi dan kondisi yang menyertai pertumbuhan Syaikh Ahmad Yasin? Bagaimana ia
menjalani awal-awal kehidupannya? Bagaimana ia mampu mengalahkan keterbatasan
fisiknya? Semua jawaban pertanyaan ini dipaparkan dalam buku "Ahmad Yasin: al
Dzahirah al Mu'jizah wa Usthurah al Tahaddi" (Ahmad Yasin: Fenomena Mena'jubkan
dan Legenda Perlawanan) karya Ahmad Abu Yusuf.
Ahmad Yasin lahir pada tahun 1936 M di desa Jurah. Sebuah desa yang sangat
mempersona dan indah, desa yang makmur dan kaya. Teletak di pinggiran kota
Majdal sebelah selatan kota Gaza. Tepatnya di bekas reruntuhan kota bersejarah
Asqelan yang teletak dekat pantai Laut Tengah, di mana perang salib terjadi.
Desa tersebut dikelilingi oleh perkebunan jeruk, tin, zaitun, anggur, dan
berbagai tanaman hijau lainnya. Penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan.
Mereka memiliki ratusan sampan kecil untuk mengarungi lautan dari pantai Rafah
ke Thanturah. Di sana terdapat lembah semut seperti yang disebutkan dalam
Al-Qur'an. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menegaskan bahwa lembah semut itu
terdapat di negeri Syam.
Ahmad Yasin kecil biasa dipanggil dengan (kuniyah) Abu Sa'dah, dinisbatkan
kepada ibundanya Sa'dah Abdullah al Hubail, untuk membedakan sebutan karena
banyaknya nama Ahmad dalam keluarga Yasin. Sa'dah adalah sosok hajjah yang
mulia, sabar, dan penuh keyakinan, termasuk wanita terhormat di desa tersebut.
Ayah Ahmad Yasin bernama Ismail Yasin, orang terkemuka di desanya. Keluarganya
termasuk keluarga yang berkecukupan. Ismail meninggal dunia ketika Ahmad masih
sangat kecil, belum lewat usia 3 tahun, meninggalkan keluarga yang terdiri atas
sebelas orang. Ahmad Yasin adalah anak ketiga di antara 4 anak laki-laki
keluarga Ismail. Mereka tinggal bersama di desa Jurah sampai datang tahun
"Prahara" 1948 ketika desa tersebut dihujani bom dari arah udara dan laut.
Puluhan penduduk setempat dan penduduk desa tetangga yang mengungsi ke tempat
tersebut meninggal dunia.
Ahmad yang saat itu berusia sebelas atau dua belas tahun pindah bersama
keluarganya ke Jalur Gaza, tepatnya di kamp pengungsi al Shati' dekat pantai
kota Gaza. Selama kurang lebih seperempat abad Ahmad tumbuh dan belajar di kamp
tersebut hingga menikah dan dikaruniahi putra dan putri. Pada masa yang penuh
dengan rasa frustasi dan keputusasaan ini, cahaya dakwah gerakan Islam mulai
tampak. Para dai mereka membangkitkan semangat perlawanan, keteguhan, dan
harapan. Pengiriman delegasi mereka dari Mesir ke daerah Gaza tidak pernah
berhenti. Dari Mesir berdatangan para guru, prajurit, cendekiawan, dan ulama
seperti Syaikh Mahmud Ied dan Syaikh Muhammad Gazali. Sebelum mereka, Syaikh
Hasan al-Banna sudah lebih dulu mendatangi kota Gaza. Kunjungannya merupakan
awal mula keberkahan dan kebaikan bagi daerah tersebut dan penduduknya.
Ketika rumah di kamp pengungsi terasa sempit untuk menampung anggota
keluarganya, juga karena banyaknya tamu dan pengunjung yang datang ke rumahnya,
Syaikh Ahmad Yasin memboyong keluarganya ke lorong sebelah selatan kota Gaza,
tepatnya di desa Jurah al Syams. Para relawan membangunkan rumah sederhana
untuknya. Disinilah Syaikh menerima para tamu dan rekan-rekan seperjuangannya.
Dia hidup dengan perabotan sederhana, jauh dari kemewahan dunia, mencukupkan
diri dengan uang pension sebagai guru yang tidak seberapa besar.
Sebelum tahun "Prahara" 1948, Ahmad Yasin adalah murid kelas tiga sekolah dasar.
Ketika mengungsi ke Gaza, Ahmad Yasin melanjutkan sekolah di madrasah "Imam
Syafi'i", sekolah utama yang ada kala itu di Gaza. Sekolah ini membuka sekolah
pagi (untuk siswa asli Gaza) dan sekolah sore (untuk siswa pengungsi). Ahmad
Yasin menyelesaikan sekolah dasar di madrasah Imam Syafi'i tahun 1952. Kemudian
melanjutkan sekolah menengah pertama di al Rimal, khusus untuk pengungsi, dan
selesai tahun 1955. Adalah sebuah keajaiban yang menjadi kehendak Allah, bila
Ahmad Yasin menjadi guru di sekolah tersebut di kemudian hari (mengingat cacat
fifik yang dialaminya). Kemudian Ahmad Yasin melanjutkan di Sekolah Menegah Atas
Palestina dan selesai pada tahun 1958. Karena sejumlah asalah akhirnya Ahmad
Yasin tidak bisa melanjutkan studinya ke jenang yang lebih tinggi. Di antara
sebab itu adalah: 1- Bahwa cita-cita sebagian besar keluarga Palestina di Jalur
Gaza kala itu adalah menuntaskan anak-anaknya sekolah hingga tamat sekolah
menengah atas untuk kemudian bekerja sebagai guru atau pegawai guna membantu
ekonomi keluarga. 2- Bahwa pendidikan kala itu hampir-hampir hanya terbatas di
kalangan keluarga yang berkecukupan ekonominya, di samping mereka yang dibiaya
dan dikirim oleh Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA (United
Nation Agency for Relief and Work of Palestinian Refugees) untuk melanjutkan
studinya dengan pesyaratan. 3- Adalah masalah kondisi kesehatan yang buruk dan
tidak wajar yang dialami Ahmad Yasin. Sedangkan Ahmad Yasin tidak termasuk yang
disebutkan diatas. Dia bukan dari keluarga berduit dan tidak termasuk yang
dikirim Agency. Untuk itu dia lebih memilih untuk bekerja.
Sampai di sini riwayat pendidikan Ahmad Yasin, meskipun dia sendiri pernah
mencoba untuk melanjutkan studi di Universitas Kairo, Mesir, dan diterima. Namun
dia tidak bisa melanjutkan studinya.
Namun demikian Ahmad Yasin membekali dirinya dengan pendidikan tinggi secara
autodidak. Sungguh menakjubkan, Ahmad Yasin terbukti menguasai segala bidang
keilmuan mulai dari agama, bahasa, sastra, politik, sosial sampai masalah
ekonomi. Dengan wawasan yang luas inilah kemudian Ahmad Yasin menjadi sumber
rujukan di Jalur Gaza dan semua orang, dari berbagai lapisan, terkesan oleh
ceramah-ceramah yang disampaikan. Semua orang mendengar apa yang dikatakan dan
menaruh hormat. Sejatinya, semua itu bukan hanya karena wawasan dan keilmuan
yang dimilikinya saja. Sebenarnya banyak kaum intelek Palestina kala itu, namun
- allahu a'lam - mungkin itu semua karena sikap wara', ikhlas, tawadhu', energik
- meski fisiknya cacat -, kecerdasan, visi yang benar, kelapangan dada dan
semangat memperjuangkan agama dan tanah air, serta totalitas kerjanya
diperuntuhkan hanya pada Allah.
Kecelakaan Itu
Pada awal-awal tahun 50-an - khususnya di Jalur Gaza - para pemuda Palestina
mulai terbuka matanya kepada gerakan islam. Itu karena keterbukaan Mesir pada
masa itu dan kontak mereka dengan para dai melalui mahasiswa-mahasiswa yang
pulang ke Gaza atau melalui kunjungan para dai, ulma dan tokoh pergerakan islam
dari Mesir seperti yang kami sebutkan di atas. Gerakan Islam tidak hanya
menyajikan materi keislaman semata. Namun dia ibarat pendidikan yang menyeluruh.
Mulai dari keilmuan hingga olah raga. Tidak jarang kegiatan oleh raga dikaitan
dengan kegiatan keilmuan dan pendidikan (tarbiyah). Ahmad Yasin termasuk salah
satu dari anak kandung gerakan islam ini, tepatnya gerakan al Ikhwan al Muslimun
dari Mesir, semenjak dia pindah ke Gaza.
Di dekat kamp pengungsi al Shati', pantai adalah tempat bermain yang sangat
penting dan strategis. Di sana banyak dilakukan aktivitas mulai dari keilmuan
yang disusul dengan kegiatan olah raga. Di antara olah raga yang dilakukan
adalah melompat dari ketinggian ke pasir laut (yang indah), atau seorang naik di
atas pundak yang lain saling berpegangan tangan kemudian melompat ke laut, atau
bermain bola dan berbagai permainan berat lainnya. Dalam salah satu permainan di
pantai pada musim panas tahun 1952 Ahmad Yasin jatuh terjungkal kepalanya,
seperti diceritakan Ahmad Yasin kepada keluarganya kala itu. Namun seperti
diceritakan Dr. Abdul Aziz Rantisi, "Beliau mengalami musibah patah tulang leher
saat bermain gulat dengan salah satu teman beliau, asy Syahid Abdullah Shiyam
(Komandan Perang "Khalda" Beirut tahun 1982 yang gugur dalam perang tersebut).
Namun beliau menyembunyikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut kepada
keluarga beliau agar tidak timbul masalah antara keluarga beliau dan keluarga
Shiyam. Ketika itu, beliau hanya berkata bahwa kecelakaan itu terjadi karena ia
melompat di udara dan kemudian terjatuh dengan kepala terlebih dahulu. Baru pada
tahun 1990 beliau bercerita yang sebenarnya kepadaku saat bersama dalam satu
pernjara."
Penyair Palestina, Muhammad Abu Diyah, yang pernah menjadi sahabat Ahmad Yasin
sejak kecil menuturkan, "Kami lantas membawanya ke kamp pengungsi. Kami menduga
dengan beberapa pengobatan saja - diurut dengan air dan minyak sebagaimana cara
pengobatan orang-orang desa pada umumnya - ia akan sembuh. Namun, ternyata
musibah itu mengancam tulang lehernya dan berpengaruh pada tulang belakangnya
kemudian berakibat pada kelumpuhan sebagian tubuhnya." Ahmad Yasin akhirnya
hanya bisa berjalan dengan berjinjit sambil menyeret pasir, kadang dia harus
menancapkan kakinya ke dalam pasir untuk mendapatkan keseimbangan. Bila mengenai
tanah yang keras dia langsung limbung dan jatuh. Sementara itu jari-jari
tangannya kaku tidak bisa digerakan. Tidak bisa memegang apapun kecuali dengan
sangat sulit. Ahmad Yasin, remaja yang masih belia dan penuh canda ini, setelah
peristiwa tersebut berubah menjadi orang yang serius. Dia tetap berusaha datang
shalat berjamaah di masjid dan bertekad melanjutkan sekolahnya hingga tamat
tahun 1958.
Muhammad Abu Diyah menuturkan, Ahmad terus melanjutkan sekolah. Ia ke sekolah
berjalan kaki dengan buku dikepit di ketiaknya. Ia berjalan kaki dengan
berjinjit, sementara tangannya kaku dan jari-jarinya nyaris tidak bisa memegang
pulpen kecuali dengan sangat sulit. Akan tetapi, ia tetap melanjutkan studinya
hingga tamat dengan prestasi memuaskan. Setelah terjadi tarik ulur antara
berbagai pihak yang bertanggung jawab dalam administrasi pemerintahan Mesir saat
itu dan para tokoh pendidikan, akhirnya ia ditunjuk sebagai guru. Ia adalah
sosok pendidik dan dai yang luar biasa. Pada saat itu aku melihat ia berjalan
beberapa langkah kemudian terjatuh ke tanah. Lalu, ia mengambil buku-bukunya dan
bangkit berdiri. Kemudian ia kembali berjalan dengan penuh semangat. Ini adalah
sesuatu yang sulit untuk dilakukan oleh orang kuat sekalipun."
Mengenai pekerjaan, hal itu tidak didapat Ahmad Yasin dengan mudah. Selepas
tamat tahun 1958, sebagaimana kebanyakan anak muda Palestina kala itu, Ahmad
Yasin mencari kerja. Pekerjaan yang paling diminati kebanyakan orang kala itu
adalah mengajar, baik itu di sekolah pemerintah ataupun di sekolah milik UNRWA.
Untuk bekerja di lembaga yang disebut terakhir ini sangat tidak mungkin bagi
AHamas Yasin meski memiliki banyak keistimewaan dan fasilitas yang diberikan.
Mudir (direktur) Sekolah UNRWA kala itu Khalil Uwaidha seorang sosialis dan juga
wakilnya Farid Abu Wirda seorang sosialis, bahkan bisa dibilang para pejabat
pendidikan UNRWA kala itu adalah orang-orang sosialis. Tidak ada tempat lain
bagi Ahmad Yasin kecuali melamar di dinas pendidikan pemerintah.
Pada pagi hari buta saat pergi ke panitia pendaftaran untuk mengikuti interview,
Ahmad Yasin bertemua dengan salah seorang rekannya. Dia berkata dengan lembut
kepada Ahmad untuk memberikan pertimbangan. "Apakah kamu berfikir bahwa panitia
akan menerimamu?? Sedang kamu tahu bagiamana kredibilitasnya. Dan semua orang
tahu apa yang harus dilakukan orang yang ingin masuk dan diterima. Ya akhi,
saudaraku, sebaiknya batalkan saja perjalananmu dan kembalilah."
Mendengar hal itu Ahmad Yasin hanya tersenyum samblk berdiri sempoyongan di atas
jari-jari kakinya. "Wahai saudaraku, apakah kamu mengira saya pergi ke panitia
untuk mendapatkan belas kasihan? Tidak, demi Allah. Saya adalah seorang muslim
yang percaya kepada kuasa Allah, jika memang Allah berkehendak saya diterima
maka tak seorang manusiapun mampu mencegah rizki saya. Tidakkah kamu membaca
firman Allah swt, " Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat
(pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Rabb langit dan bumi,
sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti
perkataan yang kamu ucapkan. (QS. 51:22-23) Tidakkah kau ingat sabda Rasulullah
yang dieiwayatkan dari Ibnu Abbas, "Ketahuilah, sekitanya umat manusia berhimpun
untuk memberikan kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu maka mereka tidak akan bisa
memberikan kepadamu kecuali yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan ketahuilah,
sekiranya umat manusia berhimpun untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka mereka
tidak akan bisa mencelakaimu kecuali apa yang telah ditetapkan Allah atasmu."
Demi Allah, saya percaya pada Allah dan Dia tidak akan mencelakanku. Saya
bertawakal kepada Allah dan akan meneruskan perjalanan ini." Ahmad Yasin
akhirnya meneruskan perjalanan.
Setelah wawancara, panitia pendaftaran milihat banyak keistimewaan yang dimiliki
Ahmad Yasin. Namun hanya satu hal, dia pincang!!! Sedang siapapun tahu, kala
itu, barang siapa yang ingin lulus maka harus membanyar sejumlah uang untuk
mempermudah prosesnya. Nama Ahmad Yasin akhirnya diloloskan ke pihak otoritas
pendidikan umum untuk diambil keputusan. Di depan namanya tertulis, kemampuanya
sangat bagus, nilainya sangat tinggi dan sangat baik, namun dia pincang!!! Cacat
itupun menjadi pertimbangan serius pihak dinas otoritas pendidikan. Namun bila
Allah sudah berkehendak, siapapun tak ada yang bisa menolaknya, ketika Kepala
Otoritas Pendidikan kala itu, al Fariq Ahmad Salim, anak kesayangannya lahir
cacat kakinya. Segera teken di depan nama Ahmad Yasin dengan tinta merah
"diterima". Kemudian dia memerintahkan panitia untuk menerima semua calon guru
yang diajukan oleh panitia.
Ahmad Yasin kemudian kembali ke almamaternya sebagai guru bahasa Arab dan
pendidikan Agama dengan gaji 10 junaih Mesir setiap bulan. Ada kekhawatiran guru
yang pincang ini akan mendapatkan perlakukan buruk dan pelecehan oleh sebagian
siswanya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, sosok pincang ini justru
mengundang banyak kekaguman dan pernghormatan tidak saja dari murid-muridnya
namun juga dari rekan-rekan guru dan wali murid.
Sosok Umat yang Utuh
Dalam sebuah artikelnya, Dr. Abdul Aziz Rantisi, tokoh yang menggantikan Syaikh
Yasin memimpin Hamas sepeninggal beliau yang kemudian menjadi target pembunuhan
Israel berikutnya, melukiskan tentang pribadi pendiri dan tokoh spiritual Hamas
ini dengan menyebut sebagai sosok yang setara dengan umat atau umat yang
terdapat pada satu sosok dirinya. Rantisi menuliskan, Syaikh Ahmad Yasin adalah
seorang tokoh pemimpin yang istimewa. Dialah sosok yang ketika mendapat bencana
dan cobaan, justru memperbesar tekad dan keteguhannya dalam meneruskan jalan
meskipun terjal. Beliau terus menapakkan kaki dengan berkorban, memberi, dan
bahkan mewujudkan berbagai target yang pada gilirannya melahirkan gerakan
perjuangan Islam.
Sebuah artikel sangat tidak cukup untuk melukiskan bahkan untuk menyelami
kedalaman lautan sosok ini (Syaikh Yasin), apalagi sampai ke dasarnya. Lautan
sosok ini sangat dalam, dalam sekali. Karena itu, sebuah artikel, sebuah buku,
bahkan sepuluh jilid atau sebanyak apapun jumlahnya, ia tidak akan bisa memuat
semua keutamaannya. Sejarah akan berhenti lama untuk mendokumentasikan pemimpin
berkebangsaan Palestina yang pejuang ini. Namun demikian ada beberapa bagian
dari kehidupan dan sifat beliau yang perlu diungkap pada saat sekarang agar
dapat dicontoh dan ditanamkan pada diri dan jiwa generasi masa depan umat Islam.
Pemimpin yang satu ini memiliki tekad yang tak pernah ragu, keinginan yang tak
pernah kendur, keberanian yang tak pernah surut, serta kekuatan yang tak pernah
lemah.
Syaikh Ahmad Yasin memasuki usia yang kelima belas tahun ketika beliau mengalami
musibah patah tulang leher saat bermain gulat dengan salah satu teman beliau,
asy-Syahid Abdullah Shiyam. Meskipun musibah yang menimpa pemuda ini sangat
besar, namun beliau menyembunyikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut
kepada keluarga beliau agar tidak timbul masalah keluarga antara keluarga beliau
dan keluarga Shiyam. Ketika itu, beliau hanya berkata bahwa kecelakaan itu
terjadi karena ia melompat di udara dan kemudian terjatuh dengan kepala terlebih
dahulu. Baru pada tahun 1990 beliau memberitahukan kepadaku sebab yang
sebenarnya. Yaitu ketika aku bersama beliau di dalam penjara. Artinya, empat
puluh tahun sesudah kecelakaan itu terjadi. Itulah pertama kali beliau
mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Keluarga beliau sendiri sampai detik
ini tidak pernah mengetahuinya. Kecelakaan yang mengenaskan tersebut telah
menyebabkan pemuda Ahmad Yasin terserang kelumpuhan. Betis beliau tidak bisa
bergerak. Demikian pula dengan lengan beliau. Tentu saja, orang yang terkena
musibah semacam ini akan menjadi lemah dan hanya bisa pasrah. Ia hanya akan
menjadi orang yang terpinggirkan dan tersia-siakan. Ia menjadi beban bagi
masyarakat dan tanggungan yang berat bagi keluarganya.
Akan tetapi, yang menakjubkan dan menarik perhatian, Syaikh Ahmad Yasin telah
menorehkan kemenangan pertama dalam hidupnya ketika ia mampu melahirkan gerakan
dari kelumpuhannya, kehendak kuat dari kelemahannya, serta kekuatan dari
ketidakberdayaannya. Jadi, tekad ruhiyah Syaikh Yasin mampu mengalahkan
kelemahan fisiknya. Beliau melanjutkan sekolahnya hingga menjadi seorang guru.
Kemudian beliau naik ke berbagai mimbar sebagai khatib, penceramah, pendidik,
dan dai yang menyeru kepada Allah dengan hujjah yang jelas. Beliau juga
menyiapkan pemuda muslim untuk mengemban tugas dakwah dan menghadapi berbagai
konspirasi yang ditujukan kepada bangsa Palestina. Hal itulah yang membuatnya
ditangkap oleh pemerintahan Mesir pada saat itu. Sesudah kekalahan pada tahun
1967 M, Syaikh Ahmad Yasin bangkit dengan kembali mendirikan gerakan Ikhwanul
Muslimun di wilayah Gaza. Beliau berhasil mendirikan bangunan tersebut dengan
kesabaran, keteguhan, dan ketekunan yang luar biasa. Jarang kita melihat sosok
seperti beliau di dunia modern seperti ini. Apalagi, di saat bangsa Arab dan
umat Islam sedang tidur nyenyak dan berada dalam kondisi lemah, terpecah, dan
kalah. Sementara, Syaikh menyambung siang dan malamnya dengan terus bergerak
demi untuk mencapai impian besar dalam menyelamatkan umat dari musibah yang
menimpanya.
Setelah sukses membangun kembali Ikhwan di Palestina, Syaikh mulai menyiapkan
sejumlah orang untuk mencapai kemenangan lain demi kebaikan bangsa Palestina.
Bahkan, demi kebaikan bangsa Arab dan umat Islam. Yang menjadi tujuan pertama
beliau adalah keluar dari kondisi yang lemah dan bangkit kembali. Beliau
terdorong oleh keimanan yang sangat kuat bahwa umat mampu untuk mencapai
kemenangan jika memiliki tekad untuk keluar dari kekalahan dan menghentikan
sikap mengekor kepada musuh. Beliau mulai melakukan persiapan untuk menghadapi
perang jangka panjang yang dilakukan oleh gerakan Islam dalam melawan permusuhan
zionis terhadap Palestina, serta terhadap bangsa Arab dan umat Islam. Maka,
Syaikh Ahmad Yasin mendirikan sebuah sayap militer gerakan Hamas. Namun, Allah
menakdirkan sayap militer ini dihancurkan di saat awal kelahirannya, yang
menyebabkan Syaikh Yasin ditangkap oleh musuh. Saat diinterogasi oleh pihak
zionis beliau mendapatkan siksaan yang hebat. Hal itu terjadi pada tahun 1984 M,
tiga tahun sebelum kemunculan gerakan intifadhah. Beliau dihukum penjara selama
13 tahun. Namun, berkat karunia Allah, setelah sebelas bulan mendekam di
penjara, beliau dibebaskan lewat kesepakatan pertukaran tawanan pada tahun 1985
M, yang dilakukan oleh seorang pejuang, Ahmad Jibril, Sekjen Front Rakyat dengan
pihak zionis. Beliau keluar dari penjara dengan tekad, keinginan, dan keteguhan
untuk meneruskan perjuangan.
Di saat Syaikh Yasin memunculkan gerakan intifadhah Palestina pada tahun 1987 M,
sebelumnya telah didirikan sayap militer gerakan Hamas yang selanjutnya diberi
nama Brigade asy-Syahid Izzuddin al-Qassam, agar gerakan Hamas, sayap
militernya, dan gerakan intifadhah rakyat Palestina menyerupai deklarasi perang
total terhadap musuh yang biadab. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan
keseimbangan pertahanan dalam kondisi tidak adanya keseimbangan kekuatan.
Pada tahun 1987 M, beliau mendirikan gerakan perlawanan Islam (Hamas). Pada saat
yang sama, dideklarasikan dimulainya gerakan intifadhah bangsa Palestina
terhadap kezaliman, permusuhan, dan kesewenang-wenangan dalam bentuk pendudukan
kaum zionis atas Palestina. Juga, terhadap tindakan mereka yang mengotori
tempat-tempat suci, terutama Masjid al-Aqsa yang penuh berkah. Lalu, perlawanan
terhadap pembantaian anak-anak, wanita, orang tua, bahkan janin yang masih
berada di kandungan ibunya. Serta, perlawanan terhadap tindakan penghancuran
desa-desa dan kota, pembongkaran rumah-rumah yang sedang ditempati oleh
penghuninya, penebangan pohon-pohon berbuah, pembumihangusan tanah-tanah
pertanian, dan penghancuran kehidupan rakyat. Syaikh Yasin memahami bahwa zionis
perusak ini mempergunakan politik teror untuk mewujudkan tujuan-tujuan
zionismenya yang agresor. Beliau juga mengetahui bahwa musuh dan penjahat ini
tidak akan berhenti dengan politik tersebut, kecuali apabila harga yang harus
dibayarkan untuk kejahatannya itu terlalu tinggi.
Syaikh Yasin ditangkap untuk kedua kalinya pada tahun 1989 M. Pihak zionis
memvonisnya dengan penjara seumur hidup. Setelah delapan tahun berada di
tahanan, berkat karunia Allah beliau dibebaskan akibat sebuah operasi yang gagal
yang dilakukan oleh Mossad di Yordania. Yaitu operasi teror yang tujuannya ingin
menghabisi nyawa sang MujAhed, Khalid Misy'al, pimpinan biro politik gerakan
Hamas.
Syaikh Yasin keluar dari tahanan guna memproklamirkan kepada dunia bahwa jihad
tidak akan berhenti sampai tanah Palestina merdeka secara total, bahwa satu
jengkal tanahpun tidak akan dibiarkan kepada mereka, dan bahwa setiap hak rakyat
Palestina akan terus dituntut, terutama hak untuk kembali bagi para pengungsi
Palestina yang telah diusir dari rumah-rumah mereka sejak tahun 1948 M,
disebabkan oleh teror zionis. Selain itu, beliau juga menolak segala kesepakatan
dan perjanjian yang mengarah kepada penawaran untuk mendapat tanah air dan
penyerahan sebagian darinya guna kepentingan zionis Yahudi yang didukung oleh
kaum salibis yang dengki.
Kedengkian zionis terhadap Syaikh Yasin sampai ke tingkat menyuruh penguasa
Palestina untuk menekan Syaikh Yasin. Maka, Penguasa Palestina menetapkan
tahanan rumah kepada beliau dan segera merespon keinginan Israel. Akan tetapi,
publik Palestina menolak hal tersebut agar beliau bisa keluar lagi meneruskan
tekadnya yang kuat untuk melanjutkan perjalanan jihad.
Ketidaksenangan zionis berlanjut dan kemudian berwujud kepada usaha untuk
menghabisi nyawa Syaikh dengan membom rumah yang beliau tinggali pada saat
terjadinya serangan teror dengan bom seukuran seperempat ton. Akan tetapi, Allah
menyelamatkan beliau. Syaikh Yasin keluar dengan selamat meskipun kerusakan yang
menimpa rumah tersebut sangat parah. Ketika selamat dari upaya tersebut, ia
kembali bersikeras melanjutkan perjalanan jihad. Berbagai kesulitan justru
membuat beliau bertambah kuat, teguh, dan semangat mempertahankan hak-hak tanah
air.
Selintas Perjalanan Syaikh Yasin
Syaikh Yasin berusia sepuluh tahun saat Inggris mengumpulkan bangsa zionis dari
seluruh penjuru dunia untuk ditempatkan di tanah Palestina. Melalui kekuatan
militer yang diperkuat dengan cerita bualan tentang tanah yang dijanjikan,
didirikanlah untuk mereka negara yang bernama Israel pada tahun 1948.
Itulah awal tahun prahara (nakhbah) bagi bangsa Palestina. Syaikh Yasin bersama
keluarganya dipaksa mengungsi ke wilayah Jalur Gaza. Untuk sementara waktu dia
harus berhenti sekolah karena harus bekerja membantu kakaknya untuk mencukupi
ekonomi keluarga. Tiga tahun kemudian Syaikh Yasin melanjutkan sekolah hingga
terjadilah sebuah kecelakaan yang membuat seluruh tubuhnya lumpuh kecuali bagian
kepalanya. Kondisi lumpuh tidak menghentikannya meneruskan studi hingga menjadi
seorang pengajar bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah baik di alamamaternya
mmaupun di beberapa sekolah bantuan internasional (UNRWA) di Gaza.
Keterlibatannya dalam gerakan islam berbuntut pada penangkapan oleh pemerintahan
Jamal Abdul Naseer karena dituduh sebagai bagian dari gerakan al Ikhwanul al
Muslimun.
Ketika tokoh-tokoh gerakan Ikhwan yang berada di Gaza meninggalkan daerah
tersebut untuk lari dari cengekeraman Nasser, Ahmad Yasin memiliki pandangan
lain. Ia menegaskan bahwa di atas tanah itulah kehidupan dan jihad layak
diwujudkan.
Ia memulai dari nol ketika kekuasaan kaum kiri dan nasionalis mencapai Tepi
Barat dan wilayah Gaza sehingga ketaatan beragama lenyap dari masyarakat
Palestina dalam bentuk yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Ketika ketaatan beragama dianggap sebagai bid'ah yang buruk dan simbol
keterbelakangan, Syaikh Yasin tetap yakin bahwa era Islam pasti datang dan debu
yang menutupi kesadaran umat akan segera hilang sehingga mereka kembali kepada
akar dan rahasia kemuliaan mereka. Syaikh Yasin merancang bangunan tersebut:
dari shalat ke shalat, dari masjid ke masjid lain. Syaikh menanamkan benihnya di
tanah Isra dan Mi'raj seraya memberikan kabar gembira akan datangnya hari esok
yang lebih baik.
Usahanya tidak hanya terbatas pada wilayah Gaza, tempat ia mendirikan Majma'
Islami, sebuah sebuah lembaga Islam yang lengkap, mencakup bidang sosial,
kemasyarakatan, dan dakwah. Bahkan, beliau meluaskan upayanya hingga mencapai
Tepi Barat yang menjadi tempat berkembangnya aliran kiri, nasionalis dan
sekuler.
Di akhir 1970-an dan di awal 1980-an, pohon yang dibangun Syaikh Yasin sudah
mulai membesar sedikit demi sedikit. Pihak-pihak lain di negara Palestina mulai
menyadari bahayanya. Mereka menghadapi upaya Syaikh Yasin dengan menuduhnya
sebagai agen penjajah sebab tidak memproklamirkan perlawanan bersenjata. Akan
tetapi, Syaikh Yasin memahami tindakannya. Perlawanan tidak boleh tegak di atas
pondasi yang lemah. Ia harus tegak di atas dasar-dasar yang kokoh dan kuat.
Pada tahun 1983, Syaikh Yasin merasa bahwa telah tiba saatnya untuk melakukan
persiapan fisik dan materil sesudah melakukan persiapan spritual secara baik.
Hal itu terlihat dengan berkembangnya sikap religius di masyarakat dan munculnya
kekuatan gerakan Islam sebagai kekuatan kedua di berbagai universitas dan
asosiasi. Bahkan di beberapa komunitas ia mulai mengungguli gerakan pembebasan.
Oleh pihak militer, Syaikh Yasin dianggap telah melakukan pengumpulan senjata,
membentuk pasukan militer dan menyerukan pelenyapan eksistensi negara Yahudi.
Karenanya, beliau ditangkap bersama koleganya kemudian dihadapkan ke mahkamah
militer Israel dan divonis 13 tahun penjara, sementara hukuman yang lebih lama
diberikan kepada sejumlah koleganya. Di antaranya kepada Syaikh asy Syahid Solah
Syahadah. Hal itu berlangsung selama dua tahun. Pada tahun 1985, Syaikh Yasin
keluar dari penjara berkat proses pertukaran tahanan dengan Front Rakyat yang
dipimpin oleh Ahmad Jibril dengan pihak Israel, setelah beliau mendekam selama
11 bulan dalam penjara rezim Imperialis Israel
Fase itu adalah fase keputusasaan. Organisasi PLO mengalami kekalahan di Beirut.
Kondisi negara-negara Arab juga sedang jatuh. Tawar-menawar dilakukan di
sana-sini guna mengembalikan pengakuan internasional terhadap Palestina.
Syaikh kembali menghembuskan Gerakan Perlawanan Islam Palestina kalangan para
pemuda lewat berbagai masjid yang telah menjadi simbol dalam melawan penjajah.
Pihak terakhir ini merasa telah berhasil melenyapkan upaya perlawanan masyarakat
Palestina, di luar dan di dalam.
Maka pada penghujung tahun 1987, tepatnya tanggal 14 Desember 1987, pada masa
penuh berkah terkait dengan munculnya gerakan intifadhah pertama, Syaikh bersama
tiga koleganya: asy Syahid Solah Syahadah, asy Syahid Ibrahim al Muqadimah, dan
asy Syahid Abdul Aziz Rantisi, mengumumkan pendirian Gerakan Perlawanan Islam
yang dikenal dengan nama "Hamas". Pada akhir bulan Agustus 1988, militer
Imperialis Israel menyerbu rumah kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan
pengeledahan dan mengancam membuang beliau dengan kursi rodanya ke Lebanon.
Lewat perjalanan gerakan intifadhah yang pertama, Hamas menjadi penggerak utama
sampai-sampai gerakan intifadhah disebut dengan revolusi masjid karena
menjamurnya ceramah Islam yang disampaikan oleh Syaikh Yasin di berbagai acara
dari masjid ke masjid.
Otoritas penjajah menyadari bahaya peran yang dimainkan oleh gerakan Hamas dalam
intifadhah. Sementara Syaikh Yasin sendiri menyadari bahwa lemparan batu semata
tidak cukup untuk memberikan rasa sakit ke tubuh penjajah.
Pada mulanya dan dengan melihat kepada minimnya potensi yang ada, gerakan
tersebut dengan dipimpin oleh Syaikh Yasin dimulai dengan perang menggunakan
pisau. Selanjutnya di awal tahun 1989 berkembang menjadi perlawanan bersenjata
dan sampai kepada penculikan tentara Israel. Akibatnya, pada tanggal 15 Juni
1989 (referensi lain menyebutkan tanggal 17 Mei 1989) rezim penjajah menangkap
Syaikh Ahmad Yasin bersama kurang lebih 260 pimpinan Hamas lainnya. Israel punya
alasan, penangkapan dilakukan sebagai upaya menghentikan perlawanan bersenjata
yang terjadi ketika itu yang mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as
silah al abyadh (senjata putih), yakni selain senjata api, terhadap
serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan
keputusan (tanpa sidang pengadilan) dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa
penjara seumur hidup ditambah 15 tahun kurungan, setelah disodorkan daftar
tuduhan sebanyak sembilan item. Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan
pembunuhan terhadap serdadu-serdadu Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas
beserta sayap militer dan dinas keamanannya.
Penahanan Syaikh Yasin beserta sebagian besar pimpinan gerakan Hamas di wilayah
Gaza dan Tepi Barat tidak menghentikan perjuangan. Justru hal itu membentuk
simpati yang membuat Hamas menjadi lebih berkembang dan lebih besar. Dalam kurun
waktu antara tahun 1989-1993 wilayah Gaza berubah menjadi neraka yang menakutkan
bagi para agresor. Brigade al Qassam, sayap militer Gerakan Hamas juga menjadi
alat yang menyulitkan penjajah, sesuatu yang mempercepat terselenggaranya
kesepakatan Oslo. Tujuannya adalah untuk melepaskan diri dari tekanan perlawanan
yang dilakukan oleh Hamas dalam menghadapi tentara penjajah.
Bertahun-tahun Syaikh Yasin menjadi tahanan penjara musuh. Namun, spirit dan
pernyataannya yang keluar dari dari penjara menghiasi perjalanan gerakan
tersebut yang semakin membesar di mata orang Palestina serta di mata dunia Arab
dan Islam. Terutama setelah munculnya gerakan mati syahid yang ditetapkan oleh
Gerakan Hamas dalam melawan penjajah yang dipimpin oleh asy Syahid Yahya Ayyas
yang mati syahid setelah dibunuh pada tanggal 15 Januari 1996.
Bertahun-tahun Syaikh mendekam di penjara dengan menolak tawaran perkaranya
diadili. Sementara itu gerakan Hamas terus berkembang dan para penjajah
menyadari ancaman eksitensi yang belum pernah dikenal dalam sejarah mereka
sebelumnya. Hal ini seperti yang diakui oleh Ya'kub Beiri dalam bukunya, Datang
untuk membunuhmu. Bunuh Ia segera!, yang mencatatkan sejarah perlawanan gerakan
Hamas di masa asy-Syahid Yahya Ayyas dan sesudahnya.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat
perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan
kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordania
setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap al-Akh Khalid Misy'al,
Kepala Biro Politik Hamas di Amman pada tanggal 25 September 1997.
Setelah melanglang buana ke negara Arab, Syaikh kembali ke wilayah Gaza yang
menyambutnya bak pahlawan. Sang Pemimpin itupun kembali mengawasi anak-anaknya.
Pada tanggal 28 September 2000 perjalanan gerakan intifadhah untuk al-Aqsa mulai
muncul dengan Syaikh Yasin sebagai pemimpinnya. Ketika para pimpinan politik
ditangkap dan dibunuh di Tepi Barat, wilayah Gaza relatif tidak terjangkau oleh
penjajah. Hal itu karena ia memang sulit dijamah. Hanya saja, kekuatan dan
kehadiran pimpinan di Gaza, terutama Syaikh Yasin, telah menyulut emosi
penjajah. Mereka mulai melakukan gelombang pembunuan terhadap para pemimpin
militer dan politik. Maka, dibunuhlah Syaikh Solah Syahadah, Ibrahim al
Muqadamah, Ismail Abu Syanab serta puluhan pimpinan sayap militer lainnya
termasuk pengganti Syaikh yasin, Dr. Abdul Aziz Rantisi yang dibunuh Israel pada
17 April 2004, kurang dari sebulan setelah pembunuhan Syaikh Yasin. Upaya
pembunuhan juga dilakukan atas diri Dr. Mahmud Zehhar namun upaya itu gagal.
Pembunuhan terhadap diri Syaikh yasin memang sudak diperkirakan oleh semua
pihak. Terlebih setelah aksi heroik di Asdod pada tanggal 15 Maret 2004 oleh dua
pejuang Palestina dari Gaza, penjajah Zionis memutuskan oparasi pembunuhan
dengan target para pimpinan gerakan politik guna melemahkan eksistensi gerakan
perlawanan. Maka pada Senin 22 Maret 2004, selepas keluar dari masjid usai
menunaikan shalat subuh, mobil yang ditumpangi Syaikh Yasin dibombardir tiga
rudal yang ditembakan pesawat heli tempur Apache buatan Amerika. Syaikh Yasin
gugur syahid bersama delapan orang lainnya. Di antara mereka adalah para
pendampingnya. Itulah akhir kehidupan yang memang ia inginkan dan telah menjadi
kehendak Allah.
Syaikh Yasin gugur syahid setelah menyempurnakan bangunan perlawanan dan merasa
tenang karena bangunan tersebut sangat indah, kuat, dan kokoh. Juga, setelah ia
menciptakan kemenangan yang diketahui oleh seluruh dunia lewat keputusan Sharon
yang lari dari wilayah Gaza dengan dissengagement pan-nya.
Syaikh Yasin telah meninggal. Namun, perjalanan yang ia wujudkan dengan segala
kesungguhan, perjuangan, dan ruhnya akan terus maju hingga menghabisi penjajah.
Kita telah kehilangan seorang pahlawan yang menjadi legenda, seorang syaikh yang
mulia, dan seorang pendidik utama. Ia menginginkan tanah air nenek moyangnya. Ia
hendak mewujudkan haknya. Ia ingin agar seluruh rakyat hidup dengan damai di
tanah air yang merdeka dan bahagia. Ia menuntut hak rakyat Palestina yang
terkoyak oleh keputusan boneka PBB, oleh gerakan zionis serta oleh
antek-anteknya, juga pengkhianatan sejumlah pimpinan tentara Arab di tahun 1948
dan sesudahnya.
Syaikh Ahmad Yasin memang telah meninggalkan dunia. Namun, ia tidak lenyap dari
jiwa rakyat Palestina dan kaum muslimin. Ia adalah sosok yang melegenda. Ia
hanya punya kursi roda, kepala, dan hati semata. Itulah fisik dan kondisi Ahmad
Yasin. Namun, ia telah membuat takut Israel dan para sekutunya, membuat takut
Israel dan agen-agen intelijennya, membuat takut beruang buas dan "penjagal"
Sharon yang merubah haluan pesawat berikut rudalnya kemudian diarahkan menuju
kursi roda yang sedang ditumpangi tubuh yang lumpuh itu. Selamat jalan Amir
Mujahidin, Guru Perlawanan Palestina. Semoga Allah menempatkanmu di sisinya
bersama para anbiya', syuhada'dan shidiqin karena mereka itulah sebaik-baik
teman. (warsito)